Posts

Retjeh, Cuy!

Image
#Disclaimer: Based on nothing but sotoy. Mulai nulis lagi setelah sekian lama off. Karena apa? Karena isi kepala harus dituangkan supaya bisa agak kosong dikit. Gegara deadline yang kejar-kejaran, akhirnya gw putuskan untuk punya kegiatan lain selain 'kerja'. Karena kalo diturutin, kok sabtu minggu aja rasanya kek rabu kamis. Dibilang padat ngga, dibilang santei ngga juga. Jawabin whatsapp soal kerjaan aja bisa macem-macem. Akhirnya gw putuskan untuk ga jawab wa soal kerjaan ketika wiken. Trus ngapain? gw nonton drakor (lagi)... 😁😁😁 Kegiatan yang sempet gw off karena ternyata addict banget sodara-sodara (hadeeuhπŸ™ˆ). Tapi kali ini gw relakan diri gw mulai nontonin drakor-drakor itu lagi. Dimulai dari mana???  Full house dong pastinya. Biar gimana ni drakor awet bapernya,  sepanjang zaman. Pokoknya kalo lo mau nyengir ga udah-udah, Full House ini pilihan yang pas banget. Rain Bi dan Song Hye Kyo yang tahun lalu melepaskan masa lajangnya, emang pasangan drakor yang

How low can you go?

Image
Kamu tau, perubahan itu ga selalu nyaman. Seringkali bikin stres dan ngeselin. Keinginan untuk menjadi agen perubahan adalah keinginan nggilani yang entah bagaimana terus saja dipilih. Padahal lebih enak misalnya menjadi agen status quo yang adem ayem mendukung penguasa. Ra usah mikir kepingin membuat ini itu dan keblangsak mikirin detail caranya. Cukup be a good follower and a good announcer. Arti gampangnya kurang lebih sering ngumumin ini ono supaya kliatan sibuk gini gitu. Kliatan begini ini bisa cukup menjawab kekepoan orang-orang sekitar karena mereka assume you are doing you're part. Jadi ga akan banyak orang tanya detail, karena apa? Karena mereka berasumsi yang mereka lihat adalah yang sebenarnya. Kecuali para penguasa ada tanya-tanya tahapan yang membutuhkan rincian detail atau langkah-langkah dari asumsi tadi, si agen status quo dalam posisi relatif aman. Nah, agen perubahan ini memang statusnya asyem. Kecut. Terlihat seperti orang yang kepingin mbongkarin ta

There is no Easy Goodbye!

Image
Yup! Tidak ada perpisahan yang mudah. Thats why tulisan ini muncul sekarang, tepat setelah 196 hari setelah keputusan saya untuk pergi saya sampaikan. Kenapa? Karena semua berubah. Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri.  Enam bulan persiapan dan 6 bulan pelaksanaan.  Kerap kali bilang 'saya bodoh, ga ngerti apa-apa', karena memang begitu rasanya.  Punya mentor yang sibuk luar biasa bolak-balik terbang keliling Indonesia. Komunikasi mengandalkan sinyal yang timbul tenggelam di hutan, entah di awan. Diskusi dari artikel-artikel yang membuat saya mengernyitkan dahi. 'Baca. Pelajari. Nanti diskusi'. Cuma titip pesan begitu biasanya. Dan saya akan berteman akrab dengan gugel terjemah dan berpuluh artikel lainnya dalam beberapa hari hingga seminggu kedepan, hanya untuk memahami dan bisa berdiskusi tentang 1 artikel tadi. 'Apalah saya. Ga ngerti-ngerti maksudnya.'  Wajar sekali jika kalimat seperti yang terus terucap. Sa

#friendsday , Temanmu banyak?

Image
Hari ini hari pertemanan, info dari facebook. Agak senang juga dibuatkan video yang didalamnya ada cuplikan foto-foto teman-teman terdekat saya. Eh, selamat hari pertemanan lho. Temanmu banyak? Tapi banyak sedikitnya tidak penting juga. Buat apa banyak tapi menikam dari belakang. Eeaa... curcol niyee... πŸ˜… Teman saya mungkin tidak bisa dibilang banyak. Jika teman yang dimaksud adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita, berada di sekeliling, dan mungkin mengerjakan hal yang saling bersinggungan bersama-sama, alhamdulillahnya saya punya banyak. Tapi sedikit sekali dari mereka yang akhirnya saya kenal lebih jauh. Maksudnya jadi bersahabat. Sahabat yang saya punya tidak bertambah terlalu signifikan dalam satu dekade terakhir. Kasihan ya... haha... Saya cenderung membutuhkan waktu panjang untuk menilai seseorang hingga akhirnya bisa saya kategorikan bisa dikenal cukup jauh. Dari yang sedikit itu, rata-rata mereka adalah laki-laki. Ada yang perempuan, tapi ini jumlahnya cende

Asinan rambutan di Januari ini πŸ˜‰

Image
Hai... hari terakhir di bulan pertama tahun 2017 ini. Agak-agak berlebihankah memberi tanda untuk Januari? Buat saya pasti tidak. Karena Januari itu bulan istimewa. Ihiks.. Bulan pertama, bulan bertambahnya usia. Menua.. dan menua. Semoga Allah penuhi sisa usia dalam keberkahanNya. Aamiin. Bertambah jadi berapa usia saya bulan ini? Ga usah disebut lah yaa... bihiyi. Takut tambah terbawa perasaan. Perasaan tambah tua. Gendut pula. Hahaa.. πŸ˜… Keistimewaan Januari bukan hanya bulan bertambahnya usia, tapi juga bulan dimana banyak hal berakhir. Bulan awal tapi entah bagaimana menjadi bulan yang menutup. Babeh pergi Januari 2004. Ketika saya jauh. Jadi itu adalah hari terakhir bertemu Babeh. Terakhir memeluk. Terakhir nangis dipelukannya. Duh... syedih sangat. Kangen selalu dengan bapak tua itu. Selalu. A father is always dauhgter's first love yaa... Januari juga awal dari keberanian banyak keputusan yang sulit luar biasa. Keputusan yang teramat sangat memakai hati. Entah baga

Dunia kebolakbalik uy!

Image
Pernah ada masa ketika sekelompok orang memandang saya dengan tatapan luar biasa lengkap.. hihi... maksudnya, menatap dari atas ke bawah ke atas lagi ke bawah lagi. Awalnya sih ga paham ini kenapa tiba-tiba jadi artees dadakan. Tetapi ketika seorang bertanya, 'roknya kemana?', oooh... I see. Saya jadi artees karena seruangan besar itu, cuma saya yang pakai celana panjang. Pernah juga tertohok pisan ketika buka kaos kaki di dalam kelas, kemudian jalan ke kamar mandi tanpa kaos kaki. Diceletukin, "udah h*** kok ga pake kaos kaki". Ouch! Eta rasana jero pisan. Jlebb! Padahal di kepala saya ga ada pikiran apa-apa selain 'kalo ke kamar mandi pake kaos kaki, trus kaos kakinya basah, itu bakal jijay pisan'. Banyak lagi kejadian yang membuat kepala saya menyimpulkan bahwa penampilan anda yang sholih pisan itu bisa ga match banget banget dengan kalimat yang keluar. Butuh waktu panjang untuk bisa memahami bahwa penampilan dan akhlak itu emang beda jalur. Jika

Saya memilih pergi

Image
Seorang teman berbaik hati mengingatkan saya dalam chatnya suatu malam. Tegurannya sedemikian halus sehingga saya membutuhkan waktu cukup lama untuk memahami kemana arah pembicaraannya. Saya berterima kasih untuk teguran penuh kasihnya. Saya yakin, jika bisa memilih, setiap kita akan memilih jalan cerita yang lebih baik. Jalan cerita yang lebih mulus, bukan skenario penuh ketegangan yang menempatkan setiap kita sebagai peran antagonis yang dibenci banyak pihak. But, well... we just can not have it all, can we? Masing-masing kita tidak pernah mengetahui dengan pasti ke arah mana hidup ini membawa kita ikut serta, atau kepada siapa. Seseorang yang terkesan jauh dan tak mungkin tersentuh, bisa seketika itu juga dipertemukan dan berbagi cerita hidup bersama. Tempat yang mungkin sulit didatangi tetiba terjadwal dikunjungi di depan mata. Begitu pula dengan hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Atau pernah dekat.  Saya selalu percaya, orang-orang terdekat kita adalah o